Foto Inilah Pengakuan Mengejutkan Pertaubatan Seorang Teroris Terkeren Terbaru

Inilah Pengakuan Mengejutkan Pertaubatan Seorang Teroris adalah sajian terbaru jaman sekarang yang bisa menjadi daftar referensi kalian. Mudah mudahan tulisan yang disajikan berikut menjadi informasi yang banyak diminati bagi pembaca terus kunjungi blog ini untuk update terbaik lainnya. Inilah Pengakuan Mengejutkan Pertaubatan Seorang Teroris. Kamu wajib sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka menggunakan berita terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan utama internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Mantan teroris yang juga adik kandung Amrozi, Ali Fauzi Manzi punya cerita pengalaman dirinya saat berupaya lepas dari jaringan kelompok teroris. Perjuangannya itu sulit karena wajib melawan paham radikalisme yang melekat sudah lama.
“Karena proses radikalisasi yang cukup lama. Radikal butuh waktu serta tak bisa dihipnotis, tapi ada tahapannya, step by step,” ujar Ali Fauzi usai diskusi ‘Membedah Pola Gerakan Radikal di Indonesia, di Gedung Sasana Widya Sarwono, LIPI, Jakarta, Kamis (18/2).
Diakui Ali, internal proses doktrin, diperlihatkan terus gambar tayangan kekejaman Israel terhadap Palestina. Cara ini selaku doktrin awal kebencian terhadap Israel serta negara Barat.
Berbagai pengalaman tiba dari kepala instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah wilayah Jawa Timur sampai unsur special elite force Moro Islamic Liberation Front (MILF) pernah diraihnya. Ali juga pernah selaku komandan pelatih milisi Ambon.
Keahlian yang dimilikinya seimbang perakit serta penjinak bom. Tapi selama bergabung menggunakan kelompok teroris, Ali tak pernah setuju melakukan pengeboman di tempat publik. Pemahamannya, bom hanya dilakukan di tempat perang.
“Saya tak pernah setuju itu bom di tempat publik. Saya bisa merakit, tapi khususnya aku di penjinak bom. Di Ambon aku melatih unsur milisi yang mau bergabung dari Malaysia, Singapura,” sebutnya.
Saat selaku komandan pelatihan di Ambon, Ali dipercaya memegang rekening tabungan mencapai Rp 2 miliar. Namun, rekening ini bukan miliknya tapi dimiliki umat yang tergabung internal pelatihan di Poso. “Tabungan umat buat mengurusi umat. Jadi saat di Ambon, rekening yang ada saat itu bukan bagi nama aku.
Rekening kelompok ini ada Rp 2 miliar buat operasi di Ambon. Untuk pengungsi, latihan, serta sebagainya,” tutur pria kelahiran Lamongan, 15 November 1971 itu.
Selama proses penyadaran, Ali mengaku sulit mendapat. Doktrinasi yang melekat saat itu perlu waktu dihilangkan. Ketika itu, bila ada setiap perbedaan pendapat, ia tak bisa terima serta meresponnya menggunakan marah.
Namun, secara perlahan kesimpulannya Ali bisa mendapat serta mau mengevaluasi. Saat itu, kuranglebih pihak terhitung dari Kementerian Agama RI cukup membantunya.
“Ada faktor yang kemudian aku secara sukarela mau evaluasi kesalahan. Saya intensif ajak diskusi. Memang paling susah menghormati perbedaan, saat diskusi aku marah,” sebutnya.
Secara pemahaman, ia percaya setiap orang memiliki pemahaman radikal yang keliru bisa disadarkan. Solusinya menyadarkan menggunakan ‘obat’ yang pas. Berdasarkan pengalamannya, 90% yang pernah bergabung menggunakan jaringan teroris karena faktor persahabatan.
“Intinya kalau ektrimisme dianggap virus maka obatnya wajib pas,” katanya.
Sejauh ini, menurut Ali, pemerintah terutama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) belum memiliki ‘obat’ yang pas. Setiap pelaku teroris langsung dijebloskan internal penjara lembaga pemasyarakatan. Padahal ini bukan solusi yang baik.
“Apakah BNPT sudah kasih obat yang pas? Menurut aku belum? Lapas belum. Justru penyakitnya kambuh. Karena epicentrum ektrimis di lapas. Karena memang lapas di Indonesia kurang pas buat memenjarakan mereka,” paparnya. (dcn)
Sumber :Medan Bisnis via arrahmah.co.id


Source Article and Picture : www.wartaislami.com