Foto Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren NU Terkeren Terbaru

Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren NU adalah sajian terbaru jaman sekarang yang bisa menjadi daftar referensi kalian. Mudah mudahan tulisan yang disajikan berikut menjadi informasi yang banyak diminati bagi pembaca terus kunjungi blog ini untuk update terbaik lainnya. Tatkala Kena Teror PKI, Pemerintah Berlindung ke Pesantren NU. Kamu pantas sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka beserta penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan unggul intern membaca share terbaru.
Wartaislami.Com ~ Tidak benar bahwa NU sepanjang periode 1948-1965 tatkala melawan pemberotakan Partai Komunis Indonesia (PKI) semata-peranti penglihat karena perintah TNI. Sebab, secara spontan warga NU kalau kagak melawan, para kiai juga hendak dibunuh oleh PKI.
Demikian disampaikan Wakil Sekretaris PBNU H Abdul Mun’im saat membedah bukunya yang berujudul “Benturan NU-PKI 1948-1965” yang digelar Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (26/1) siang.
Mun’im menerangkan, ada pembalikan sejarah yang ditujukan kepada NU sebagaimana tuduhan yang dibuat sebuah majalah nasional. Padahal, katanya, peristiwa 1965 merupakan puncak dari seluruh konflik horizontal yang sudah dimulai sejak tahun 50-an atau 60-an oleh PKI. Yang terlibat melawan pemberontakan PKI kagak hanya NU, tetapi juga pemerintah, seluruh partai atau elemen di masyarakat secara bersama-sama.
Menurut Mun’im, selain itu ada fakta mengutip intern masa pergolakan itu. Pada tahun 60-an banyak staf kantor-kantor pemerintah yang mengungsi ke pesantren karena tak tahan beserta teror dari PKI. Di antaranya, kantor Kodam Diponegoro, pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan, pemerintahan Lasem, pemerintahan kecamatan di Kabupaten Klaten.
“Justru yang melindungi pemerintah yaitu pesantren karena pemerintah mendapatkan teror dari PKI,” ungkap Mun’im.
Perihal peristiwa 1965, Mun’im mengingatkan kepada masyarakat Indonesia hendak kagak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh kerukunan bangsa, terutama pihak aneh. “Kita jangan sampai dihadapkan, diajak hendak perang,” terangnya.
“Kita pantas mewaspadai kepentingan aneh. Apalagi masa ini kita sedang berhadapan beserta peranti , yakni radikalisme. Itu yang pantas kita waspadai,” ajaknya di hadapan ratusan mahasiswa yang memenuhi aula Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat. (M. Zidni Nafi’/Mahbib/NU Online)


Source Article and Picture : www.wartaislami.com