Foto Zaid bin Haritsah: Sahabat Nabi yang Diabadikan dalam al-Qur’an Terkeren Terbaru

Zaid bin Haritsah: Sahabat Nabi yang Diabadikan dalam al-Qur’an adalah sajian terbaru jaman sekarang yang bisa menjadi daftar referensi kalian. Mudah mudahan tulisan yang disajikan berikut menjadi informasi yang banyak diminati bagi pembaca terus kunjungi blog ini untuk update terbaik lainnya. Zaid bin Haritsah: Sahabat Nabi yang Diabadikan intern al-Qur’an. Kamu pantas sering belajar hendak mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka memakai kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia intern membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Abu Usamah atau yang bertambah dikenal memakai nama Zaid bin Haritsah bin Syarahil (Abu Ishaq membacanya Syurahbil) merupakan seorang sahabat yang luar biasa istimewa. Begitu mulianya beliau, sampai-sampai sejumlah hukum syariat pun turun berkenaan memakai kisahnya. Sejarah telah mengungkap bahwa, satu-satunya sahabat yang namanya diabadikan oleh Allah SWT di intern Al-Qur’an (al-Ahzab ayat 37) sepantasnya Zaid bin Haritsah. Demikian pula, satu-satunya sahabat yang pernah diangkat Rasulullah SAW menjelma keturunan singsing/ mutabanna beliau juga Zaid bin Haritsah, maka beliau dikenal pada saat itu memakai panggilan Zaid bin Muhammad. Begitu kurang bertambah keterangan yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Atsir intern Usd al-Ghabah-nya.
Selain itu, sebuah kisah yang luar biasa dilematis juga pernah menimpa Zaid ketika nasib pernikahannya memakai Zainab binti Jahsy, seorang perempuan terpandang keturunan Quraisy dari suku As’ad, berujung memakai perceraian. Zainab pun akibatnya dinikahi oleh Rasulullah SAW, lantaran perintah langsung dari Allah SWT. Semua itu hanyalah hendak menghilangkan tradisi orang Arab atau Yahudi pada waktu itu yang melarang seorang bapak menikahi ex istri dari keturunan angkatnya. Skenario itu sengaja dirancang oleh Allah SWT guna hendak menghindari sangkaan orang-orang hendak adanya nabi selesai nabi Muhammad SAW, karena biasanya keturunan perjaka- perjaka dari seorang nabi/rasul hendak mewarisi kenabian ayahnya. Selain itu, penisbatan nama kepada orang yang bukan orangtua kandung, berpotensi merusak sistem keturunan seseorang, mengacaukan penentuan warisan atau perkawinan.
Masa Kecil Zaid bin Haritsah
Zaid bin Haritsah berawal dari suku Bani Mu’in, ibunya bernama Su’da binti Tsa’labah. Tidak ditemukan keterangan pasti mengenai tahun kelahirannya, namun Zaid wafat pada tahun ke-8 Hijriah ketika menjelma panglima intern perperangan Mut’ah. Pada zaman jahiliyah, ibu Zaid melangsungkan kunjungan ke kampung persukuan anaknya itu, kampung Bani Mu’in. Namun secara tiba-tiba sekawanan tentara berkuda dari Bani al-Qin bin Jusr menyerang perkampungan tersebut atau merampas serta menawan apa pun yang berharga dari kampung tersebut, juga Zaid bin Haritsah yang akibatnya dijadikan budak belian. Zaid dibawa ke pasar Ukazh atau dijual harganya sama dengan 400 dirham kepada Hakim bin Hizam bin Khuwailid, hendak bibinya Siti Khadijah bin Khuwailid.
Pada saat Siti Khadijah menikah memakai Nabi Muhammad (dimana pada saat itu Muhammad belum menjelma rasul), Zaid pun dihadiahkannya kepada Nabi. Setelah bergaul sejumlah lama, hubungan keduanya menjelma luar biasa bersahabat atau saling menyayangi, walau Zaid ketika itu masih berstatus seperti seorang budak. Lama-kelamaan berita itu terdengar oleh bapak Zaid yang kebetulan juga tengah mencari anaknya tersebut. Setelah berpapasan atau mengutarakan apa yang ia inginkan kepada Nabi, akibatnya Nabi kagak bisa berkata apa-apa melainkan memberikan ketentuan sepenuhnya kepada Zaid, yaitu renggangan memilih tinggal bersama rasul atau pulang ke rumah orangtuanya. Namun Zaid menentukan hendak tetap tinggal bersama Nabi atau semenjak itulah Nabi memproklamirkan Zaid seperti keturunan angkatnya memakai nama Zaid bin Muhammad.
Fase Penting Terkait Zaid
Status Zaid yang “berorangtuakan” Muhammad hanya berlangsung sejumlah tahun saja, karena selesai itu Allah melarang praktek pengadobsian keturunan memakai cara seperti itu di intern surat al-Ahzab ayat 5 atau 37, serta menyatakan memakai tegas bahwa Nabi Muhammad bukanlah bapak dari perjaka- perjaka orang islam manapun intern surah al-Ahzab ayat 40. Sebagai bukti lepasnya hubungan bapak memakai keturunan renggangan Rasulullah memakai Zaid pada waktu itu sepantasnya memakai halalnya ex istri Zaid yang bernama Zainab binti Jahsy hendak dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun ke-5 hijriah yang sebelumnya terlarang intern tradisi arab jahiliyah.
Zaid bin Haritsah intern Kitab Hadits
Para ulama hadis sepakat menyatakan bahwa Zaid bin Haritsah sepantasnya seorang sahabat yang adil. Ibnu Hajar menyebutnya intern Tahdzib al-Tahdzib memakai Shahabiyyun Jalilun masyhurun (sahabat mulia yang terkenal). Beliau meriwayatkan sejumlah hadis langsung dari Nabi Muhammad SAW atau di renggangan sahabat yang meriwayatkan hadis darinya sepantasnya Usamah bin Zaid (keturunan Zaid sendiri), Bara’ bin A’dzib, Jublah bin Haritsah (saudara perjaka-lakinya), Abdullah bin Abbas atau anaknya Ali bin Abdullah bin Abbas, Hudzail bin Syurahbil, atau Abu al-A’liyyah al-Rayyaahi. Hadis-hadis Zaid bin Haritsah banyak terdapat intern kitab Sunan Nasa’i atau Ibnu Majah. Itulah selintas mengenai kisah Zaid yang penulis ambil dari sejumlah sumber, memakai harapan bisa diteladani perjuangan serta keagungannya.
Oleh: Yunal Isra. Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Alumni Darus-Sunnah, atau Peneliti di el-Bukhari Institute.
Sumber :muslimedianews.com

Source Article and Picture : www.wartaislami.com